Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah f akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
Shalat Dhuha itu memiliki keutamaan dan faedah yang sangat agung
Pertama, orang yang mengerjakan shalat Dhuha selalu berada dalam penjagaan dan perlindungan dari Allah sepanjang hari. Kedua, Dosa-dosanya dihapuskan. Ketiga, Terja
ga dari perbuatan-perbuatan buruk. Keempat, Dimasukkan ke dalam golongan muhsinîn (orang-orang berbuat ihsan), ahli ibadah dan menjadi golongan yang beruntung. Kelima, dibangunkan rumah di dalam surga. Keenam, Memperoleh pahala seperti pahala menunaikan haji dan umrah; serta sepadan dengan sedekah 360 kali. Pahadal sedekah ini menjadi kewajiban setiap ruas tubuh manusia setiap harinya.
Hadist berbicara mengenai keutamaan shalat Dhuha, di antaranya adalah sebagai berikut:
أَبِيْ ذَرٍّ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ : يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنْ الضُّحَى .
“Diriwayatkan dari Abu Dzar a dari Nabi n bahwa Beliau bersabda, ‘Setiap ruas tubuh masing-masing dari kalian setiap harinya memiliki kewajiban untuk bersedekah. Setiap tasbih (memahasucikan Allah) adalah sedekah; setiap tahmid (memuji Allah) adalah sedekah; setiap tahlil (membaca lâ ilaha illallâh) adalah sedekah; setiap takbir (memahabesarkan Allah) adalah sedekah; memerintahkan kemakrufan adalah sedekah dan mencegah kemunkaran adalah sedekah. Namun itu semua dapat diganti dengan dua rakaat yang dikerjakan oleh seseorang dari waktu dhuha (mengerjakan shalat Dhuha)’.” (HR. Muslim)
بُرَيْدَةَ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : فِي الْإِنْسَانِ سِتُّوْنَ وَثَلَاثُ مِائَةِ مَفْصِلٍ فَعَلَيْهِ أَنْ يَتَصَدَّقَ عَنْ كُلِّ مَفْصِلٍ مِنْهَا صَدَقَةً . قَالُوْا : فَمَنْ الَّذِيْ يُطِيْقُ ذَلِكَ يَا رَسُوْلَ اللَّهِ ؟ قَالَ : النُّخَاعَةُ فِي الْمَسْجِدِ تَدْفِنُهَا أَوْ الشَّيْءُ تُنَحِّيْهِ عَنِ الطَّرِيْقِ فَإِنْ لَمْ تَقْدِرْ فَرَكْعَتَا الضُّحَى تُجْزِئُ عَنْكَ .
“Diriwayatkan dari Buraidah a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Pada diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tiga ruas. Ia memiliki kewajiban bersedekah atas setiap ruas tersebut.’ Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di dalam masjid yang ia timbun (dibersihkan) atau sesuatu (penghalang) yang ia singkirkan dari jalanan (bisa mewakili kewajiban sedekah). Jika engkau belum mampu, dua rakaat shalat Dhuha sudah memadai untuk mewakili kewajibanmu bersedekah’.”
أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ بِثَلَاثٍ لَا أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوْتَ صَوْمِ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلَاةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلَى وِتْرٍ .
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan shalat witir’.” (HR. Bukhari)
أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَدَعُهَا وَيَدَعُهَا حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُصَلِّيْهَا
“Diriwayatkan dari Abu Sa‘id Al-Khudri bahwa ia berkata, ‘Adalah Rasulullah n mengerjakan shalat Dhuha sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah meninggalkannya. Namun ternyata Beliau pun pernah meninggalkannya sehingga kami katakan bahwa Beliau tidak pernah mengerjakannya’.” (HR. Tirmidzi dan dinilai hasan olehnya)
نُعَيْمِ بْنِ هَمَّارٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ : يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ : يَا ابْنَ آدَمَ لَا تُعْجِزْنِيْ مِنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ فِيْ أَوَّلِ نَهَارِكَ أَكْفِكَ آخِرَهُ .
“Diriwayatkan dari Nu‘aim bin Hammar a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah n bersabda, ‘Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kamu merasa lemah (kehilangan kesempatan) untuk beribadah kepada-Ku dengan cara mengerjakan shalat empat rakaat di awal waktu siangmu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu di akhir harimu’.” (HR. Abu Dawud)
Yang dimaksud dengan ‘mencukupkan’ adalah melindunginya dari segala bencana dan kejadian yang merugikan. Bisa juga yang dimaksud adalah menjaganya dari dosa-dosa dan memberikan maaf kepadanya manakala ia sudah telanjur melakukan dosa, atau dengan pengertian yang lebih luas lagi.
Ini adalah penjelasan dari Imam Suyuthi dan Imam Syaukani.
Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah f akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah f akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ حَافَظَ عَلَى شُفْعَةِ الضُّحَى غُفِرَ لَهُ ذُنُوْبُهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ .
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah a bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Barangsiapa memelihara pelaksanaan shalat Dhuha yang genap jumlah rakaatnya, maka diampunilah dosa-dosanya, sekalipun banyaknya laksana buih lautan’.” (HR. Tirmidzi)
عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ الْجُهَنِيِّ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُوْلُ : يَا ابْنَ آدَمَ اكْفِنِيْ أَوَّلَ النَّهَارِ بِأَرْبَعِ رَكَعَاتٍ أَكْفِكَ بِهِنَّ آخِرَ يَوْمِكَ .
“Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir Al-Juhani bahwa Rasulullah n bersabda, ‘Sesungguhnya Allah f berfirman, ‘Wahai anak Adam (manusia), cukupkan untuk-Ku di awal waktu siang (dhuha) dengan mengerjakan shalat empat rakaat, niscaya Aku cukupkan untukmu dengannya pada akhir harimu’.” (Hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Ya‘la)
1. Waktu yang Sangat Penting
“Demi matahari dan sinarnya pada pagi hari, demi bulan apabila mengiringinya, demi siang yang menampakkannya, demi malam apabila menutupinya, demi langit serta membinanya, demi bumi serta penghamparannya, demi jiwa serta penyempurnaannya, maka Dia mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketakwaannya, sungguh beruntung orang yang menyucikannya, dan sungguh rugi orang yang mengotorinya”(QS. As-Syams:1-10).
Istilah dhuha dapat ditemukan pada beberapa tempat dalam Al-Qur'an. Kita dapat menemukan istilah dhuha kurang lebih pada tujuh tempat. Di satu tempat (QS Thaha [20]:59; AI-'Araf [7]:98; An-Nazi'at [79]:46), kata dhuha diartikan sebagai "pagi hari" atau sebagai "panas sinar matahari" di tempat lainnya (QS Thaha [20:119]). Istilah dhuha juga bisa mencakup kedua makna itu sehingga diartikan "sinar matahari di pagi hari" (QS As-Syams [91]:1).
Pada tempat lain (QS An-Nazi'at [79]:29), kata dhuha diartikan sebagai Siang yang terang. Namun, makna dhuha ini barangkali tidak merujuk pada keadaan terangnya siang di tengah hari yaitu waktu dzuhur.
Pada pembukaan surah AdDhuha, Allah berfirman, ”Demi waktu dhuha.” Imam Arrazi menerangkan bahwa Allah SWT setiap bersumpah dengan sesuatu, itu menunjukkan hal yang agung dan besar manfaatnya. Bila Allah bersumpah dengan waktu dhuha, berarti waktu dhuha adalah waktu yang sangat penting.
2. Wasiat Khusus dari Rasulullah
“Shalat Dhuha adalah wasiat khusus dari Nabi ` kepada Abu Hurairah dan kepada seluruh umat beliau secara umum.” (Imam Thabari)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa ia berkata, ‘Kekasihku (Rasulullah) memberikan pesan (wasiat) kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah aku tinggalkan hingga aku meninggal nanti. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha, dan tidur dalam keadaan sudah mengerjakan shalat witir’.” (HR. Bukhari)
Jelas dari hadits tersebut, bahwasanya Rasulullah mewasiatkan umatnya untuk sebisa mungkin merutinkan shalat Dhuha!
3. Shalat Dhuha Bernilai Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia
“Diriwayatkan dari Buraidah a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Pada diri manusia terdapat tiga ratus enam puluh tiga ruas. Ia memiliki kewajiban bersedekah atas setiap ruas tersebut.’ Para sahabat bertanya, ‘Siapakah yang mampu melakukan hal itu, wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Ludah di dalam masjid yang ia timbun (dibersihkan) atau sesuatu (penghalang) yang ia singkirkan dari jalanan (bisa mewakili kewajiban sedekah). Jika engkau belum mampu, dua rakaat shalat Dhuha sudah memadai untuk mewakili kewajibanmu bersedekah’.”
Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: “Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala,” (HR Muslim).
4. Ghanimah (keuntungan) yang besar
Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:
Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.
Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).
Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”
Mereka menjawab; “Ya!”
Rasul SAW berkata lagi: “Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya,” (Shahih al-Targhib: 666)
5. Dibangunkan Sebuah rumah di surga
Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw: “Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga,” (Shahih al-Jami`: 634)
Diriwayatkan dari Anas secara marfu‘, “Barangsiapa mengerjakan shalat Dhuha sebanyak dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan untuknya sebuah rumah di dalam surga.”
Nabi Muhammad saw bersabda,”Di dalam surga terdapat pintu yang bernama bab al dhuha (pintu dhuha) dan pada hari kiamat nanti ada yang memanggil,’dimana orang yang senantiasa mengerjakan shalat dhuha?’inilah pintu kamu, masuklah dengan kasih sayang (rahmat) Allah”.
6. Shalat Dhuha di Awal Pagi, Ganjaran Langsung di Sore Hari
Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah SAW berkata: Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).
“Diriwayatkan dari Nu‘aim bin Hammar a bahwa ia berkata: Aku telah mendengar Rasulullah bersabda, ‘Allah berfirman, ‘Wahai anak Adam, janganlah kamu merasa lemah (kehilangan kesempatan) untuk beribadah kepada-Ku dengan cara mengerjakan shalat empat rakaat di awal waktu siangmu, niscaya akan Aku cukupkan untukmu di akhir harimu’.” (HR. Abu Dawud)
7. Pahala Umrah
Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).
8. Ampunan Dosa
“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan,” (HR Tirmidzi). Sumber : http://www.ummi-online.com/8-manfaat-dan--keutamaan-shalat-dhuha-yang-perlu-diketahui.html
“Kota Konstatinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukanya
adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah
sebaik-baik pasukan’” (H.R. Ahmad bin Hambal)
Hadist tersebut
diatas di sampaikan oleh Nabi Muhammad SAW, bahwa kelak akan datang pemimpin
yang begitu hebatnya yang mampu merebut benteng Konstatinopel yang kokoh. Sejak Abad ke-8, Sahabat
Rasulullah SAW berusaha merebut benteng ini. Salah satunya Abu Ayyub Al
Anshari, namun gagal. Baru setelah enam abad kemudian, benteng itu berhasil
direbut di bawah pimpinan Muhammad Al Fatih. Karena jasanya inilah beliau
diberi gelar Al Fatih (sang Pembuka) yaitu membuka kota Byzantium yang dulunya
adalah Konstatinopel.
Lihatlah
bagaimana imperium besar dan terkuat pada abad 8-14 Masehi, Romawi, Imperium
Byzantium, dengan ibu kotanya Konstatinopel. Pada tahun1453. Negara Adi kuasa
itu mampu ditaklukan oleh seorang anak muda belia yang masih berusia 21 tahun.
Kota itu diubahnya menjadi kota instanbul. Dari sini kemudian Islam menebarkan
kasih-sayangnya di bumi Eropa. Pemuda hebat ini bernama Muhammad Al
Fatih.lantas apa yang menjadi rahasia dibalik kesuksesan orang besar pengukir
sejarah sepanjang zaman ini?. Sejak kecil, Muhammad Al Fatih dididik oleh
seorang wali. Beliau tumbuh menjadi
remaja yang memiliki kepribadian unggul. Beliau menjadi sultan dalam usia 19
tahun menggantikan sang Ayah. Beliau mampu memetik keberhasilan dalam hidupnya
dengan sangat efektif, merebut benteng konstatinopel yang kokoh itu. Sifatnya
tenang, berani, sabar menanggung penderitaan, tegas dalam membuat keputusan,
dan mempunyai kemampuan mengawasi diri (self control) yang luar biasa.
Kemampuanya dalam memimpin dan mengatur pemerintahan sangat menonjol.
Muhammad
Al Fatih sangat tegas terhadap musuh, Namun, lembut kalbunya bagai selembar
sutra dalam menghadapi rakyat yang dipimpinya. Kebiasaan Muhammad Al Fatih unik.
Beliau selalu berkeliling dimalam hari, memeriksa kondisi teman dan rakyatnya.
Beliau sengaja berkeliling untuk memastikan rakyat dan kawan-kawanya menegakan
shalat malam. Inilah senjata utama Muhammad Al Fatih yang selalu diasahnya
dengan tulus, ikhlas dan khusyuk, ditegakanya setiap malam. Dengan “Pedang
Malam” ini , timbul energi yang luar biasa dari pasukan Muhammad Al Fatih. Sejarah mencatat Muhammad Al Fatih yang baru
berusia 21 tahun berhasil menggapai sukses besar, menerobos benteng konstatinopel.
Setelah dikepung beberapa bulan , maka taklulah benteng Konstatinopel.
Suatu
hari timbul persoalan, ketika pasukan Islam hendak melaksanakan shalat Jumat
yang pertama kali di kota itu. Sang panglima bertanya, “Siapakah yang layak menjadi imam shalat Jumat?” tak ada
jawaban. Tak ada yang berani menawarkan
diri, lalu Muhammad Al Fatih tegak berdiri. Beliau meminta kepada seluruh
rakyatnya untuk bangun berdiri. Kemudian beliau bertanya “
Siapakah diantara kalian sejak remaja, sejak aqil baligh, hingga hari ini
pernah meninggalkan shalatwajib lima waktu silakan duduk!!” Ternyata tak seorangpun dari pasukan Islam
yang duduk. Semua tegak berdiri. Apa artinya? Itu berarti, tentara islam
pimpinan Muhammad Al Fatih sejak masa remaja hingga hari ini, tak seorang pun
yang meninggalkan shalat fardhu. Tak sekalipun mereka melalikan shalat fardhu.
Luar biasa! Lalu Muhammad Al Fatih kembali bertanya : “Siapa di antara kalian yang sejak baligh dahulu hingga hari ini
pernah meninggalkan shalat Sunah Rawatib? Kalau ada yang pernah meninggalkan
shalat sunah sekali saja silakan duduk!!!” sebagian lainya segera duduk,
Artinya , pasukan Islam sejak remaja mereka ada yang teguh hati, tidak pernah
meninggalkan shalat Sunah setelah maghrib, dua roka’at sebelum subuh dan shalat
Rawatib lainya. Namun ada yang meninggalkanya.
Betapa
kualitas karakter dan keimana mereka sebagai Muslim sungguh bernilai tinggi,
sungguh jujur, dan memiliki semangat serta komitmen yang kuat. Dengan
mengedarkan pandanganya kepada seluruh rakyat dan pasukanya Muhammad Al Fatih
kembari berseru lalu bertanya: “Siapakah
di antara kalian sejak aqil baligh hingga hari ini pernah meninggalkan shalat
Tahajud dikesunyian malam? Yang pernah
meninggalkan atau pernah kosong satu saja., silakan duduk!!!”. Apa yang
terjadi??? Terlukislah pemandangan yang menjubkan sejarawan barat dan timur.
Semua yang hadir dengan cepat duduk!!Hanya ada seorang saja yang tetap tegak
berdiri. Siapakah dia??? Dialah, Sultan Muhammad Al Fatih, sang penakluk
benteng super power Byzantium konstatinopel. Beliaulah yang pantas menjadi imam
shalat Jumat hari itu. Karena hanya Al Fatih seorang yang sejak remaja selalu
mengisi butir butir malam sunyinya dengan bersujud kepada Allah SWT, tak kosong
barang semalam pun.
Itulah
sebuah kisah sejarah yang sungguh indah dalam bingkai ketakwaan kepada Allah
SWT. Kisah “pedang Malam” yang merupakan rahasia sukses dari seorang pribadi
pengubah sejarah, bernama Muhammad Al Fatih, orang Asia asal Turki, yang baru
berusia 21 tahun. Shalat Tahajut merupakan modal yang sangat penting untuk
membangun kekuatan ruhiyah dalam
kesuksesan Al Fatih dikemudian hari. Sehingga Islam berjaya, berpendar-pendar
cahaya nya selama 500 tahun di bumi Eropa sejak abad ke 15. Semuanya berasal
dari Pedang Malam Al Fatih yang begitu luar biasa.
Dan
semoga apa yang menjadi kisah perjuangan penaklukan benteng Konstatinopel ini,
menitihkan sebuah benih pelajaran berharga bagi kita semua atas pentingnya
penghadapan seorang hambanya pada shalat Tahajut. Yang ketika dalam sepertiga malam tersebut
Tuhan akan turun ke langit terdekat mendengarkan doa hambanya yang memohon
pertolongan serta ampunan. Dan semoga kita dapat menjalankan apa yang menjadi
“pedang malam” sang Penakluk Konstatinopel yaitu Shalat Tahajut.
Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist Qudsi yang artinya :
“Setiap malam Tuhan kami turun ke
langit terdekat ketika tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Firman-Nya:”
Barang siapa memohon kepada-Ku, niscaya Aku beri dia, dan barang siapa memohon
ampunan kepada-ku, niscaya Aku ampuni dia.”
(H.R Bukhari dan Muslim)